BAB I
PENDAHULUAN
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah
dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem
organ, sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi
tubuh tersebutberlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan
kematian seseorang.
Dalam
penulisan makalah ini terdapat rumusan masalah, yaitu :
1. Apakah
trauma itu?
2. Apa
macam-macam penyakit trauma serta bagaimana proses penyakit trauma
3. Bagaimana
respon imun serta respon sel terhadap penyakit trauma dan komplikasinya
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan,
yaitu :
1. Menambah
pengetahuan tentang penyakit trauma
2. Menambah
pengetahuan tentang macam-macam penyakit trauma serta bagaimana prosesny
3. Untuk
mengetahui respon imun, respon sel serta komplikasi terhadap trauma
BAB II
PEMBAHASAN
TRAUMA
A. PENGERTIAN TRAUMA
Trauma
berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk
menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog
menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu
kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam
istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.
Ada tiga ciri
khas trauma yaitu :
- Adanya luka.
- Pendarahan atau skar.
- Hambatan dalam fungsi organ.
B.MACAM-MACAM PENYAKIT TRAUMA
Secara umum trauma di bagi menjadi 3 yaitu :
- Trauma yang disebabkan oleh manusia (human-made). Contohnya : perkelahian,pemerkosaan,terorisme,penculikan,korupsi,demonstrasi,kekerasan rumah tangga,dll. Di dalam trauma ini setidaknya melibatkan dua orang yang satu menjadi korban,dan yang satu menjadi pelaku.
- Trauma yang disebabkan oleah alam (nature-caused). contohnya : gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dll. Tapi ada juga bencana alam yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri, contohnya : banjir, tanah longsor.
- Trauma akibat penyakit. Contohnya : HIV, malaria, TBC, dll. yang mengalami trauma tidak hanya pasien, tetapi juga keluarga pasien tersebut.
Klasifikasi
trauma berdasarkan sifat dan penyebab trauma :
- Trauma mekanik
a. Trauma tumpul :
trauma yang disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak mampu mengiris. Dua variasi
utama dalam trauma tumpul adalah :
- Benda tumpul
yang bergerak pada korban yang diam.
- Korban yang
bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :
-. Memar
(kontusio, hematom).
- Luka lecet, luka lecet di bagi menjadi dua,
yaitu : luka lecet tekan dan luka lecet geser .
- Luka robek.
- Patah tulang .
b. Trauma tajam :
trauma yang disebabkan oleh benda yang permukaannya mampu untuk mengiris
sehingga kontinuitas jaringan hilang. Sifat luka dalam trauma tajam yaitu :
- luka iris.
- luka tusuk.
- luka bacok.
c. Senjata api.
2. Trauma fisika
a. Suhu (panas atau dingin)
- Padat
- cair
b. Listrik atau petir
- AC
- DC
3. Trauma Kimia
a. Asam kuat
b. Basa kuat
C. PROSES PENYAKIT TRAUMA
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh
darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua
sistem organ,sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila
kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan
mengakibatkan kematian seseorang.
a. Trauma tumpul,akibat luka :
·
Luka memar → diskontinuitas
pembuluh darah dan jaringan di bawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit.
·
Teraba menonjol → pengumpulan darah
dijaringan pembuluh darah rusak.
·
Bentuk luka → menyerupai benda yang
mengenai.
·
Luka lecet → terjadi pada epidermis
– gesekan dengan benda yang permukaannya kasar.
·
Luka lecet tekan : arah kekerasan
tegak lurus pada permukaan tubuh, epidermis yang tertekan melesak kedalam.
·
Luka lecet geser → arah kekerasan
miring membentuk sudut, epidermis terdorong dan terkumpul pada tempat akhir
gerak benda tersebut.
·
Luka lecet regang → diskontinuitas
epidermis akibat peregangan yang letaknya sesuai dengan garis kulit.
·
Luka robek → terjadi pada epidermis
jaringan dibawahnya akibat kekerasan yang mengenainya melebihi elastisitas
kulit jaringan.
b. Trauma tajam,
akibat luka :
·
Luka iris → dalam luka lebih kecil dari pada panjang
irisan luka.
·
Luka tusuk → dalam luka lebih besar atau lebih dalam dari
pada panjang luka.
·
Luka bacok → dalam luka kurang lebih sama dengan panjang
luka.
c. Senjata api
·
Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap.
·
Rambut disekitar luka hangus.
·
Pakaian yang menutupi luka hangus terbakar.
·
Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka.
2. Trauma fisika
a. Suhu panas
(luka bakar)
·
Eritem dengan ciri – ciri epidermis intak, kemereahan,
sembuh tanpa meninggalkan sikatriks.
·
Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
·
Necrosis coagulativa dengan ciri- ciri warna coklat gelap
hitam dan sembuh dengan meninggalkan sikatriks (litteken).
·
Karbonisasi (sudah menjadi arang).
b. Trauma dingin
(hipotermia dan frostbiteHipotermia)
·
Kulit pucat akibat vasokonstriksi kemerahan akibat
vasodilatasi karena paralisis vasomotor center.
·
Kulit berubah menjadi merah kehitaman, membengkak (skin
blister), gatal dan nyeri. Kemudian timbul gangren superfisial yang
irreversibel.
3. Trauma kimia
a. Asam kuat →
mengkoagulasikan protein → luka korosif yang kering, kertas seperti kertas
permanen.
b. Basa kuat →
membentuk reaksi penyabunan → luka basah, licin → kerusakan sampai kedalam.
D. RESPON SEL, JARINGAN, ORGAN TERHADAP PENYAKIT TRAUMA
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan
peningkatantekanan artera dan vena, bronkhodilatasi, takikardia,takipneu,capillary shunting ,dan diaforesis.
2.peningkatanheart rate Cardiac output
sebanding dengan stroke volume dikalikan heart
rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan
frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa
thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac output.
4. Menurunnya
urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk menjaga cairan vaskular. Penurunan
angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya
tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan peningkatan
vasokonstriksi (diastolik). Tekanan
nadi normal adalah 35-40 mmHg
6. Capillary
shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering.
Capillary refill mungkin melambat.
7. perubahan
status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun atau mungkin
secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
E. RESPON IMUN
TERHADAP TERJADINYA PENYAKIT TRAUMA
Bagaimanapun masih ada perbedaan gender dalam hal respons imun dan hasil
akhir perjalanan klinis pemberian immunonutrition, khususnya pada pasien yang
mendapat trauma. Respon metabolik terhadap stres, trauma dan sepsis berhubungan
erat dengan perubahan imunologis dalam tubuh. Konsekuensi hal ini adalah
dibutuhkannya dukungan nutrisi untuk memperbaiki mekanisme pertahanan tubuh dan
menurunkan morbiditas. Namun
hanya sedikit pengaruh dukungan nutrisi tradisional pada fungsi imun. Sistem
imun juga dipengaruhi oleh lipid dalam diet yang merupakan prekursor
eikosanoid, prostaglandin dan leukotrin, sementara sintesis eikosanoid
dimodifikasi oleh golongan antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C, mineral
Se dan Cu. Defisiensi Zn juga berhubungan dengan kegagalan fungsi sel-T.
Pada hewan percobaan yang diberikan Zn dalam jumlah sub-optimal
memperlihatkan atrofia dari timus, penurunan jumlah lekosit dalam mediator
antibodi dan respons hipersensitivitas tipe lambat. Tindakan hiperalimentasi
sendiri gagal mengantisipasi berkurangnya massa otot serta imbangan nitrogen
negatip selama kondisi kritis disebabkan perbedaan respons metabolik terhadap
starvasi, stres, trauma dan sepsis. Aktivitas regional seperti alur nutrien,
pemecahan molekul besar menjadi lebih kecil untuk memudahkan penyerapan,
absorbsi protein, vitamin, trace element, air, penyimpanan sisa pencernaan,
adalah hal-hal yang mempengaruhi respons imun selular dalam beberapa tingkatan.
Pada kondisi klinis lain dapat
ditemukan sindrom yang kompleks dari kakeksia malignansi sebagai kontributor
utama morbiditas dan mortalitas pasien dengan keganasan lanjut. Faktor-faktor
yang berperan termasuk perubahan metabolik yang menghasilkan hipermetabolisme
dan anoreksia sehingga menurunkan asupan makanan; dalam hal mana suplemen oral
gagal menaikkan berat badan bila gangguan metabolisme tidak dikoreksi.
F. KOMPLIKASI PENYAKIT TRAUMA
Penyakit mungkin sekali mempunyai efek yang diperpanjang,
sekunder atau jauh. Misalnya penyebaran organisme penyakit trauma dari tempat
asal masuknya kuman, pada tempat itu terjadi rangsangan reaksi radang, yang
menyebar ketempat lain dari tubuh manusia, dimana reaksi yang serupa akan
terjadi.
·
Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat
disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi di bagian
atas, misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah
trauma atau timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi dibagian
bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan
waktu untuk berkembang biak, baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut
abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan
hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi
perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini dapat
menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
·
Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan
tembak) dapat menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada
trauma adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta. Diagnostik
perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma
tajam,lebih-lebih pada taraf permulaan.
B. Komplikasi
trauma fisika
Komplikasi akibat trauma panas (luka bakar)
·
Shock
·
Infeksi
·
Ketidak
seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit)
·
Masalah
distres pernapasan
Komplikasi akibat trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)
·
Stadium
perangsangan (hipotermia ringan, 32-35 drajat Celcius) : terjadi tremor otot
maksimal, akibatnya kecepatan metabolisme basal sangat meningkat, semua sumber
glukosa dipakai, penggunaan O2 meningkat sampai 6 kalinya. Peningkatan tekanan
darah, menimbulkan nyeri.
·
Stadium
kelelahan (hipotermia sedang, 28-32 drajat Celcius) : sumber glukosa tidak ada
lagi, terjadi bradikardia, aritmia dan depresi pernapasan.
·
Stadium
paralysis (hipotermia berat, di bawah 28 drajat Celcius) : koma, refleks pupil
hilang (tetapi tidak ada tanda kematian otak), diikuti ventrikel, asistol, dan
apnea. Semakin rendah penurunan suhu yang terjadi sampai aliran darah ke otak
terhenti, maka semakin lama otak bisa menoleransi terhentinya sirkulasi (30drajat
C:10-15 menit, 18drajatC:60-90 menit).
C. Komplikasi
trauma kimia
Komplikas trauma kimia asam kuat dan basa kuat sering terjadi pada trauma
mata. Diantara komplikasinya yaitu :
·
Kehilangan
penglihatan
·
Glaukoma
·
Katarak
·
Ulkus/perforasi
kornea
·
Sikatrik
kornea
·
Retinal
detachment
·
Konjungtiva,
dan
·
Palpebra
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Trauma
yang berarti luka yang menggambarkan situasi akibat peristiwa yang di alami
seseorang baik melalui benturan atau kejadian yang meninggalkan bekas bisa
terjadi akibat :
1. Manusia. Contohnya : perkelahian, pemerkosaan, terorisme,
penculikan, kekerasan rumah tangga dll.
2. Alam. Contohnya : genpa bumi, tsunami, gunung meletus
dll.
3. Penyakit . contohnya : HIV, malaria, TBC dll.
Klasifikasi trauma berdasarkan sifat dan penyebeb trauma :
1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul
b. Trauma tajam
c. Senjata api
2. Trauma fisika
a. Suhu
b. Listrik atau petir
3. Trauma kimia
a. Asam kuat
b. Basa kuat
DAFTAR PUSTAKA
Bengmark S.
Ecoimmunonutrition: A challenge for the third millenium. Nutrition 1998;
14; 563-72.